Moke
14.42
Moke
Moke adalah minuman tradisional
Maumere. Dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar atau enau.
Proses pembuatannya sangat tradisional, diwariskan secara turun- temurun, dan
dilanjutkan sampai sekarang.
Di Maumere, pohon enau tersebar
di penjuru Maumere, dari Barat ke Timur. Proses pembuatan Moke lebih banyak
berlangsung di kebun. Diperlukan keuletan, kesabaran, dan keahlian khusus untuk
menghasilkan Moke kualitas terbaik.
Untuk mendapatkan satu botol moke
butuh waktu sampai lima jam. Menantikan tetesan demi tetesan dari alat
penyulingan yang terbuat dari bambu, dan wadah tempat penyimpanannya adalah
kendi (kumbang dalam bahasa adat maumere). Dalam menikmati Moke masyarakat
Maumere lebih menyukai rasa original tanpa dioplos dengan campuran lain,
kalaupun ada mereka hanya menambahkan gingseng, anak rusa, akar- akaran dan
paria untuk rendam dalam botol Moke. Efeknya bukan untuk cepat mabuk tetapi
menambahkan kesegaran, vitalitas dan untuk kesehatan. Selain minuman adat, di
Maumere Moke juga menjadi lambang kebersamaan. Moke akan sangat nikmat bila
diminum beramai-ramai (disebut melingkar) dengan cara ini anda akan menikmati
Moke dengan penuh rasa kekeluargaan, persaudaraan, keramahan khas orang
Maumere, obrolan penuh kejujuran dan tentunya dengan humor- humor khasnya,
dengan cara ini dijamin anda tidak akan keluar dari lingkaran. Moke juga tidak
akan nikmat apabila tanpa pendorong atau teman minum, orang di Maumere
menyebutnya ‘Lepeng’. Lepeng ikan kuah asam, ikan bakar, sop kambing, pisang
bakar/rebus ditambah sambal lemon atau sambal balik tomat adalah teman minum
paling andalan bila ingin meminum Moke.
Sayangnya fungsi asli Moke
sebagai minuman adat belakangan ini disalah fungsikan oleh oknum yang
meminumnya dengan tidak bertanggungjawab, salah satu akibatnya tingkat
kecelakaan sangat tinggi terjadi akibat mabuk Moke. Selain itu pemerintah
daerah juga kurang mendukung keberadaan Moke sebagai salah satu ‘aset’ daerah. Pemda
justru mengeluarkan perda tentang perizinan, pengawasan, dan pengendalian minuman
beralkohol, perda tersebut mendapatkan penolakan keras dari masyarakat. Harusnya
yang perlu dilakukan oleh pemerintahan daerah adalah dengan melegalkan Moke
dengan kadar tertentu, mendukung pelabelan, dan pelatihan kepada para pembuat Moke
untuk meningkatkan kwalitas karena Moke sudah menjadi ikon Maumere yang sudah
dikenal oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Ini merupakan salah satu peluag
bisnis yang sangat menjanjikan apabila pemerintah daerah ataupun swasta dapat
membaca peluang tersebut. Ambil contoh saja seperti Soju dari Korea, Sake dari
Jepang atau Whiskey dari Skotlandia merupakan minuman beralkohol sekaligus
identitas dari suatu daerah. Dan pada tahun 2011 katalog the Milionaires’ Club, Soju menempati peringkat satu merek minuman
beralkohol dengan penjualan terbaik. Dan mudah- mudahan Moke dapat menjadi
wakil Indonesia dalam kancah minuman beralkohol dunia.